Tata cara penyimpanan bahan kimia berdasarkan
klasifikasinya dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.
Penyimpanan dan penataan bahan
kimia radioaktif
Tidak
sembarangan laboratorium dapat membeli, menggunakan, menyimpan dan membuang
bahan radioaktif. Bahan tersebut dapat diadakan di suatu lab makala mendapat
izin dari Departemen Kesehatan khususnya bagian radiasi. Sekalipun di
laboratorium sekolah bahan ini tidak tersedia, tidak ada salahnya bagi anda
mengetahui cara penyimpanannya. Bahan radioaktif harus disimpan di suatu tempat
yang terawasi dan terjaga keamanannya dari kehilangan oleh orang yang tak
bertanggung jawab. Pada tempat
penyimpanan harus dituliskan kata “HATI-HATI BAHAN RADIOAKTIF ( CAUTION
RADIOACTIVE MATERIALS)”. Catat jumlah nyata dan perhatikan batas jumlah
penyimpanan yang diperbolehkan. Hubungi Radiation Safety Officer untuk
memperoleh informasi rinci tentang penggunaan dan penyimpanan bahan radioaktif
tersebut.
2.
Penyimpanan dan penataan bahan
kimia reaktif
Bahan reaktif
dikategorikan sebagai bahan yang bereaksi sendiri atau berpolimerisasi
menghasilkan api atau gas toksik ketika ada perubahan tekanan atau suhu,
gesekan, atau kontak dengan uap lembab. Biasanya bahan reaktif memiliki lebih
dari satu macam kelompok bahan bahaya, misalnya
bahan tersebut termasuk padatan flammable juga sebagai bahan yang
reaktif terhadap air, karena itu memerlukan penanganan dan penyimpanan secara
khusus. Biasanya sebelum menentukan cara terbaik dalam penyimpanan bahan kimia
reaktif, terlebih harus menentukan bahaya spesifik dari bahan itu.
Bahan kimia reaktif biasanya dikelompokkan
menjadi bahan kimia piroforik,
eksplosif, pembentuk peroksida,
dan reaktif air. Bahan piroforik
adalah bahan yang dapat terbakar ketika kontak dengan udara pada suhu <
54,44 0C. Bahan kimia piroforik ada yang berupa padatan seperti
fosfor, cairan seperti tributilaluminium atau gas seperti silan. Bahan
piroforik harus disimpan di dalam cabinet flammable secara terpisah dari cairan
flammable dan cairan combustible. Unsur fosfor harus disimpan dan
dipotong dalam air. Demikian gas silan harus disimpan secara khusus.
Bahan eksplosif adalah bahan yang dapat
menimbulkan ledakan. Ledakan tersebut diakibatkan oleh penguraian bahan secara
cepat dan menghasilkan pelepasan energi
dalam bentuk panas, api dan perubahan tekanan yang tinggi. Banyak faktor yang
menyebabkan suatu bahan dapat meledak, sehingga menyulitkan dalam
pengelompokkan bahan eksplosif ini. Faktor yang menunjang timbulnya ledakan
dari bahan kimia di laboratorium diantaranya adalah : (1) Kandungan oksigen
senyawa. Beberapa peroksida (misalnya benzyol peroksida kering) dan oksidator
kuat lainnya mudah meledak, (2) Gugus reaktif. beberapa senyawa seperti
hidrazin memiliki gugus oksidatif dan reduktif, sehingga sangat tidak stabil.
Beberapa senyawa nitro (misalnya Trinitrotoluen/TNT, azida, asam pikrat kering)
juga mudah meledak. Hati-hati dalam membaca label bahan kimia, dan perhatikan
lambang yang menunjukkan kestabilan dan mudah meledaknya bahan tersebut.
Keputusan yang harus diambil dalam menentukan penyimpanan bahan mudah meledak
atas sifat masing-masing bahan kimia tersebut. Perhatikan secara khusus agar
penyimpanan bahan tersebut tidak mengundang atau meningkatkan bahaya misalnya
hindari penyimpanan asam pikrat jangan sampai kering.
Beberapa
eter dan senyawa sejenis cenderung bereaksi dengan udara dan cahaya membentuk
senyawa peroksida yang tidak stabil. Bahan kimia yang dapat membentuk peroksida
tersebut diantaranya adapah p-dioksan, etil eter, tetrahidrofuran, asetaldehid,
dan sikloheksena. Untuk meminimalkan timbulnya bahaya dari bahan kimia
tersebut, maka cara yang harus diperhatikan dalam penyimpanannya adalah sebagi
berikut :
a.
Simpan bahan kimia pembentuk
peroksida itu dalam botol tertutup rapat (tidak kontak dengan udara) atau dalam
wadah yang tidak terkena cahaya.
b.
Berikan label pada wadah tentang tanggal diterima dan
dibuka bahan tersebut.
c.
Uji secara periodik (3 atau 6 bulan) terjadinya pembentukan
peroksida. Buanglah peroksida yang telah dibuka setelah 3 - 6 bulan.
d.
Buanglah wadah bahan kimia
pembentuk peroksida yang tidak pernah dibuka
sesuai batas kadaluarsa yang diberikan pabrik atau 12 bulan setelah
diterima.
Bahan
yang reaktif dengan air apabila kontak dengan dengan udara lembab saja akan
menghasilkan senyawa toksik, flammable, atau gas mudah meledak. Misalnya
hipoklorit dan logam hidrida. Oleh karena itu penyimpanan bahan kimia ini harus
dijauhkan dari sumber air (jangan menyimpannya di bawah atau di atas bak cuci,
dst.). Gunakan pemadam api dengan bahan kimia kering
apabila terjadi kebaran dengan bahan ini. Simpan dalam desikator yang diisi
dengan silika gel.
3.
Penyimpanan dan penataan bahan
kimia korosif
Bahan kimia korosif terdiri dari dua macam
yaitu asam dan basa. Penyimpanan bahan
kimia korosif jangan sampai bereaksi dengan tempat penyimpanannya (lemari rak
dan cabinet). Perhatikan bahwa diantara bahan korosif dapat bereaksi dengan
hebat, sehingga dapat mengganggu
kesehatan pengguna.
Untuk
keperluan penyimpanan, asam-asam yang berujud cairan diklasifikasi lagi menjadi
tiga jenis yaitu asam-asam organik (misalnya asam asetat glacial, asam
format, asam mineral (misalnya asam klorida dan asam fosfat), dan asam
mineral oksidator (misalnya asam kromat, asam florida, asam perklorat, dan
asam berasap seperti asam nitrat dan asam sulfat). Panduan penyimpanan untuk
kelompok asam ini diantaranya adalah :
a.
Pisahkan asam-asam tersebut dari basa dan logam aktif seperti
natrium (Na), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dll.
b.
Pisahkan asam-asam organik dari
asam mineral dan asam mineral oksidator,
c.
Penyimpanan asam organik biasanya
dibolehkan dengan cairan flammable dan combustible.
d.
Pisahkan asam dari bahan kimia
yang dapat menghasilkan gas toksik dan dapat menyala seperti natrium sianida
(NaCN), besi sulfida (FeS), kalsium
karbida (CaC2) dll.
e.
Gunakan wadah sekunder untuk
menyimpan asam itu, dan gunakan botol bawaannya ketika dipindahkan ke luar lab.
f.
Simpanlah botol asam pada tempat
dingin dan kering, dan jauhkan dari sumber panas atau tidak terkena langsung
sinar matahari.
g.
Simpanlah asam dengan botol besar
pada kabinet atau lemari rak asam. Botol
besar disimpan pada rak lebih bawah daripada botol lebih kecil.
h.
Simpanlah wadah asam pada wadah
sekunder seperti baki plastik untuk menghindari cairan yang tumpah atau bocor.
Baki plastik atau panci kue dari pyrex sangat baik digunakan lagi pula murah
harganya. Khusus
asam perklorat harus disimpan pada wadah gelas atau porselen dan jauhkan dari
bahan kimia organik.
i.
Jauhkan asam oksidator seperti asam sulfat pekat dan asam nitrat
dari bahan flammable dan combustible.
Penyimpanan basa padatan atau cairan seperti amonium hidroksida
(NH4OH), kalsium hidroksida, Ca(OH)2, kalium hidroksida
(KOH), natrium hidroksida (NaOH) harus dilakukan sebagai berikut :
a.
Pisahkan basa dari asam, logam aktif, bahan eksplosif, peroksida
organik, dan bahan flammable.
b.
Simpan larutan basa anorganik
dalam wadah polyethylene (plastik).
c.
Tempatkan wadah larutan basa
dalam baki plastik untuk menghindari pecah atau keborocan.
d.
Simpanlah botol-botol besar
larutan basa dalam lemari rak atau cabinet yang tahan korosif. Botol besar
disimpan pada rak lebih bawah daripada botol lebih kecil.
4.
Penyimpanan dan penataan bahan
kimia Flammable & Combustable
Cairan Bahan kimia flammable dan combustible
diklasifikasi
menurut titik bakar/nyala (flash point) dan titik
didihnya (boiling point). Titik bakar dinyatakan sebagai suhu
minimum cairan untuk menghasilkan uap
yang cukup sehingga dapat terbakar ketika bercampur dengan udara.
Bahan
kimia flammable dapat disimpan dengan bahan kimia combustible,
asam organik combustible (misalnya asetat), pelarut non-flammable (metilklorida).
Beberapa cairan flammable yang umumnya dijumpai diantaranya adalah
asetaldehid, aseton, heksana, toluen, ksilena, etanol. Secara umum penyimpanan
cairan flammable di laboratorium adalah sebagai berikut:
a.
Cairan flammable kelas I
yang jumlahnya > 10 galon hingga 25 galon harus disimpan dalam wadah (cans)
yang aman, sedangkan dari > 25 galon hingga 60 galon harus disimpan juga
dalam cabinet.
b.
Wadah dari gelas jangan digunakan
untuk menyimpan cairan flammable. Pelarut dengan kualitas teknis harus disimpan dalam
wadah logam.
c.
Cairan flammable yang memerlukan kondisi dingin, hanya
disimpan pada kulkas yang bertuliskan “Lab-Safe” atau “Flammable
Storage Refrigerators”. Jangan
sekali-kali menyimpan cairan flammable di dalam kulkas biasa.
d.
Jauhkan bahan flammable dari oksidator.
e.
Hindari penyimpanan cairan flammable
dari panas, sengatan matahari langsung, sumber nyala atau api.
Bahan
kimia padatan yang cepat terbakar karena gesekan, panas, ataupun reaktif terhadap air dan
spontan terbakar dinamakan padatan flammable. Misalnya asam pikrat, kalsium karbida, fosfor
pentaklorida, litium, dan kalium. Unsur litium (Li), kalium (K), dan natrium
(Na) harus disimpan di dalam minyak
tanah (kerosene) atau minyak mineral. Padatan flammable ini harus
disimpan dalam cabinet flammable dan dijauhkan dari cairan flammble
atau cairan combustible. Bila
reaktif terhadap air, janganlah disimpan di bawah bak cuci, dsb.
5.
Penyimpanan dan penataan bahan
kimia oksidator
Bahan kimia yang termasuk oksidator adalah
bahan kimia yang menunjang proses pembakaran dengan cara melepaskan oksigen
atau bahan yang dapat mengoksidasi senyawa lain. Misalnya kalium permanganat
(KMnO4), feri klorida (FeCl3), natrium nitrat (NaNO3),
hidrogen peroksida (H2O2). Bahan kimia oksidator harus
dipisahkan dari bahan-bahan flammable dan combustible serta bahan
kimia reduktor seperti seng (Zn), logam alkali (litium = Li, natrium = Na,
kalium = K, rubidium = Rb) dan asam formiat (HCOOH). Jangan menyimpan pada
wadah/tempat yang terbuat dari kayu juga jangan berdekatan dengan bahan lain
yang mudah terbakar. Simpan pada tempat dingin dan kering.
6.
Penyimpanan dan penataan bahan
kimia beracun (toxic)
Bahan kimia ini terdiri
dari bahan beracun tinggi (highly toxic) dengan ciri memiliki oral rate
LD50 (Lethal Dosis 50%) < 50 mg/kG, beracun (toxic) dengan
oral rate LD50 50-100 mg/kG dan sebagai bahan kimia karsinogen
(penyebab kanker). Tulisi wadah bahan kimia ini dengan kata “bahan beracun”.
Simpan di dalam wadah yang tidak mudah pecah, dan tertutup rapat. Tabel-6
memperlihatkan beberapa bahan kimia toksik yang selama ini sudah dicarikan
penggantinya. Sedangkan Tabel-9 memperlihatkan bahan-bahan kimia karsinogen.
7.
Penyimpanan dan penataan bahan kimia sensitif cahaya
Penyimpanan bahan kimia yang
sensitif cahaya harus dipisahkan atas dasar tingkat kebahayaannya. Misalnya brom
dengan oksidator, arsen dengan senyawa beracun. Beberapa concoh
senyawa sensitif cahaya diantaranya adalah brom (Br2), garam
merkuri, kalium ferosianida, K4[Fe(CN)6], natrium iodida
(NaI) dll. Agar tidak terjadi penguraian, bahan kimia
ini harus terhindar dari cahaya. Simpanlah bahan sensitif cahaya ini dalam
botol berwarna coklat (amber bottle). Apabila botol penyimpan bahan
kimia ini harus dibungkus dengan foil (kertas perak/timah), maka
tuliskan label pada bagian luar botol tersebut.
8.
Penyimpanan dan penataan Gas Terkompresi (Compressed Gases)
Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan
ketika kita menyimpan bahan kimia berupa gas yang terkompresi.
a.
Pisahkan dan tandai mana tabung gas yang berisi dan mana yang kosong.
b.
Amankan bagian atas dan bawah silinder dengan menggunakan rantai dan rak
logam.
c.
Atur regulator ketika gas dalam silider digunakan.
d.
Pasang tutup pentil ketika silinder tidak digunakan.
e.
Jauhkan silinder dari sumber panas,
bahan korosif bahan berasap
maupun bahan mudah terbakar.
f.
Pisahkan silinder yang satu dengan yang lainnya jika gas dari silinder satu
dapat menimbulkan reaksi dengan gas dari
silinder lain.
g.
Gunakan lemari asap untuk
mereaksikan gas yang diambil dari silinder.
h.
Gunakan gerobak yang
dilengkapi rantai ketika memindahkan silinder gas berukuran besar.
i.
Jagalah sumbat katup jangan sampai lepas ketika menggeser-geserkan
silinder, karena gas dalam silinder memiliki tekanan tinggi.